Foto Saya
Nama:
Lokasi: Sumenep/Surabaya

Seorang Anak Manusia yang terlahir dari rahim Cinta Kasih Ibu Bapak untuk Menyinari jagat raya dengan membangun KePercayaan

Selasa, 16 September 2008

Sajak-Sajak Badri

Rinduku pada ibuku

Di wajahmu ibu
Aku mendapatkan wajah Tuhan
Ia begitu indah menawan

Ibu!

Aku tidak mampu lagi merakit huruf menjadi kata lalu menjelma kalimat untuk melukismu Ibu!
Aku tahu bahwa langit begitu luas
Tapi kecintaanmu pada putra putrimu ini lebih luas dari tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi itu.

Bukankah Allah akan memberikan ridlo pada hanmba-Nya
Setelah ridlo mu Ibu !!

Catatan Seorang Anak Rantau yang rindu ibunya

Malam selasa jam 8 lewat 26 menit WIB.
Di dalam kamar kontrakanku ini aku rakit kata untuk bunda tersayangku yang ada di rumah
Aku begitu rindu padanya.
Aku sudah tidak lagi di marahi
Tapi aku rindu marahan ibu itu
Aku rindu dia memukul betisku
dengan sapu lidi buatan nenek ku
ibu marah dan memukul betis
karena aku tidak mau ke surau
aku rindu itu
tapi kini aku bukan lagi seperti aku masih 8 tahun
ibu tak mungkin marah
dan marahnya ibu sekarang adalah diam.
Diamnya ibu adalah marahnya
Sungguh aku bangga punya ibu serti beliau
Di wanita terhebat di dunia
Surgaku ada padamu ibu

******

Usaha Keluar dari Belenggu Kebodohan

Setiap ingsut pikiranku adalah upaya bebas dari dimensi kerabunan ku
Pikiranku beringsut dari dimensi kedimensi lain
Rabunku atas kerabunanku melahirkan kerabunan atas segala kerabunan.
********

Tembang Cinta Seorang Musafir Ilmu
Di bumi rantau ini aku meniti “Alif, Ba, Ta”
Dari kuncupnya bunga matahari merekah
Harumnya menyapa delapan hidung mata angin
tujuh lapis langit dan bumi semuanya mendoakan
Di bumi rantau ini aku menjelma Adam surgawi
padanya Allah ajarkan tentang Asma’- asma’Nya
dengan meniti Alif, Ba, Ta aku belajar merajut pelangi
menjadi selendang Ilahi

*******

Matinya Generasi Muda Islam di bumi 1001 Rudal
Daun zaitun dan kurma tersungkur jatuh berguguran
Jantungnya robek oleh peluru Dajjali
Ranting- rantingnya kering kerontang
Tigris efrat menjadi gurun sahara.
******

Mursyidku seorang Perempuan
Dari Masyithoh aku temukan keteguhan imani
walau disuluh bara api, dia mati harum kasturi
Dari siti Maryam aku temukan ketegaran insani
Dia dicerca dan dicaci karena hamil tanpa suami
‘Isa al-Masih lahir karena tiupan ruh al-Qudsy

tujuannya menyanpaikan Risalah dan kalam ilahi
Pada semua bany israely
Dari siti Hajar aku temukan ketegaran dalam pengasingan
Dia hamil dan melahirkan di padang pasir
Ismail putranya tidak dapat di susui
Akhirnya Allah memberi mukjizat
Dari bekas tumit kaki ismail keluarlah mata air zam-zamiy
Dari Rabiah el-Adawiyah aku belajar membakar surga neraka

Dengan api cinta ilahiyah.
Sehingga Hasan al-Bisri tidak mampu menaklukkannya

******

pendidikan yang memasung

anak-anak yang lahir dari rahim air mata cinta
kepada sejarahnya ia menggantungkan seribu asa
tapi apa dikata
mereka kini meringkuk di sidut ruang negeri yang pengap dan sesak
cakrawala imajinasinya dibonsai dan dikerdilkan
oleh kitab dan undang-undang
para tunas bangsa ini menjadi tumbal pasal-pasal yang di mike up
mark up

******

KKN dan Matinya Dakwah Islamiyah

Matahari rebah di pojok zaman
Jiwanya lunglai. Layu.
Cahanya tinggal asa
Raut wajahnya pucat pasi
Sinar fajarnya tidak lagi bangunkan kokok ayam
Auranya menjadi kesia-siaan
*******

Tentang Dunia Interpretasi
ternyata kita tunduk pada lafadz
bukan pada makna
padahal lafadz adalah bayang-bayang makna
betapa meruginya orang yang mengalirkan darah saudaranya
karena merebutkan lafadz

lafadz adalah upaya manusia untuk menyingkap tabir makna
makna menjelma beribu lafadz
setiap insan berhak untuk memilihnya
sesuai dengan kudrat dan iradahnya
segala lafadz terikat dengan ruang dan waktu
makna. Tidak!.
Utamakan makna di atas lafadz
Maka kau akan temukan segala hakikat pencarianmu
*******

Surabaya Kota paradoks

Surabayaku
Jiwamu kini kering kerontang
Walaupun langit menghujanimu
Tubuhmu penuh keramaian
Namun jiwamu penuh kesepian dan kesendirian
Itulah wajah kota
Laksana minyak dan air dalam satu wajan
Bersatu namun tidak pernah ketemu
Begitulah pepatah lama mengatakan

********

Obsesiku untuk keluar dari penyakit kebodohan

Dengan gunting semangatmu
kau pangkas rumput-rumput kebodohan
yang tumbuh liar di taman hatimu

*******

Aku dan Ketika Manusia Memuja Materi

dalam kembara cintamu
pada diri naqsi
aku mendayung debur ombak kehidupan
kucoba lempar jaring jala
walaupun benangnya putus
terkikis oleh krikil-krikil kehidupan yang meranjau raga
karena layar terkebang dan angin menghempaskannya
aku terdampar di tepi pantai kegersangan
karena hijau ranaunya janur ketulusan
terpangkas oleh clurit kapitalisme
rindangnya pohon persaudaraan telah tergadaikan oleh
oleh tiang-tiang iklan individualime.

********

Menyesal Bukanlah Jawaban

Tidak usah sesalkan apa yang telah terjadi, karena sang waktu terus berlari tanpa berhenti sedetikpun.
Sepantasnya kita koreksi dan evaluasi diri dan jangan terlena dalam keluh kesah.
Hanya langkah nyata dan aktifitaslah yang mampu menjawabnya.
Dengan semakin betambahnya angka-angka kalender semakin bertambah pula umur kita dan dekatlah pula kematian.
Dengan bergantinya sang waktu yang terus berputar, maka kita harus menata diri apa-apa yang pernah hilang karena telanan ombak kehidupan dan terhempas lalu terdampar di pantai penyesalan.

Kepura-puraan

Kita jangan pernah melakukan kepura-puraan.
Karena pada dasarnya kepura-puraan akan memnuat kita tidak bebas dalam menjalani hidup.
Kita akan selalu dibayang-baynagi monster yang namnya”Rasa Bersalah”, dan”Rasa membohongi diri sendiri
Belajarlah pada celotehan bocah dan sinar kejujuran matanya.
Ia adalah lambang ketulusan dan kejujuran.
Rauh wajahnya terpancar sinar Tuhan.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda